Universitas Paramadina Gelar Evaluasi Akhir Tahun Bidang Sosial Keagamaan

Universitas Paramadina menyelenggarakan diskusi evaluasi akhir tahun dengan fokus pada bidang sosial keagamaan
JAKARTA - Universitas Paramadina menyelenggarakan diskusi evaluasi akhir tahun dengan fokus pada bidang sosial keagamaan. Diskusi daring ini, yang berlangsung melalui platform Zoom, dipandu oleh Dhea Meghatruh sebagai moderator.
Direktur PCRP, Dr. Budhy Munawar-Rahman, membuka diskusi dengan menyoroti keragaman keagamaan di Indonesia. Budhy menyampaikan bahwa pentingnya toleransi dan dialog antar agama sebagai kunci untuk mencapai harmoni dalam masyarakat yang beragam. Ia juga menyoroti peran pemerintah dalam mendukung toleransi, melindungi kebebasan beragama, dan menjaga keseimbangan antara agama-agama yang berbeda.
Dosen Magister Ilmu Agama Islam, Pipip A. Rifai Hasan, Ph.D., menyoroti perluasan wacana mengenai bagaimana organisasi keagamaan, khususnya Islam, dapat menemukan keseimbangan dalam masalah etika politik. Ia menegaskan bahwa organisasi keagamaan masih perlu menyeimbangkan pandangan etika politik, terutama dalam konteks demokrasi modern.
Dr. Herdi Sahrasad, dosen Magister Ilmu Agama Islam, menyoroti adanya aksi intoleransi di Indonesia. Ia mengatakan bahwa aksi intoleransi seringkali berkaitan dengan faktor sosial keagamaan dan ekonomi politik. Herdi menekankan perlunya membangun nilai-nilai etika di tengah moral etik politikus yang dianggap telah bangkrut.
Kaprodi Magister Ilmu Agama Islam, Dr. M. Subhi Ibrahim, membahas tantangan pendidikan dan meningkatnya pelajar intoleran di Indonesia. Ia mencatat bahwa beberapa aktivitas pendidikan Kristen mengalami pembubaran di beberapa wilayah. Subhi juga merinci hasil survey yang menunjukkan peningkatan tingkat intoleransi di kalangan pelajar.
Direktur PUSAD Universitas Paramadina, Ihsan Ali Fauzi, menyoroti naik turunnya kebebasan berkeyakinan di berbagai wilayah Indonesia. Ia menyatakan bahwa advokasi kebebasan berkeyakinan atau beragama (KBB) seringkali dianggap sebagai ancaman, terutama di tengah "politik identitas."
Dosen Magister Ilmu Agama Islam, Dr. Aan Rukmana, berpendapat bahwa kemajuan budaya tidak dapat dipisahkan dari konteks kebudayaan. Ia menyoroti pentingnya mengembangkan kecakapan berpikir dan kreativitas dalam konteks kebudayaan Indonesia yang kaya.
Diskusi ini mencerminkan komitmen Universitas Paramadina dalam mengeksplorasi isu-isu sosial keagamaan dan mencari solusi untuk meningkatkan toleransi, dialog antar agama, dan harmoni dalam masyarakat yang beragam.
Editor :Yefrizal
Source : universitas Paramadina